KH. Hasan Basri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mama Obay adalah salahsatu tokoh agama Kharismatik pimpinan Ponpes Mursyidul Falah Rengasdengklok, Karawang Jawa Barat.
Mama Obay demikian sapaan akrab para santri dan penduduk di Kabupaten Karawang, mempunyai seorang istri bernama Hj. Halimatussa’diyyah bt. KH.Abdul Manaf, seorang perempuan keturunan Banten.
Perjalanan Beliau mengenyam pendidikan agama pernah mondok di Mama Idris Bendul-Purwakata, mama Idris seorang ahli Jam’ul Jawami.
Kemudian melanjutkan ke pondok pesantren Ajengan Muhdi Citeko,Rajamandala Bandung, Bahkan pernah menjadi santri di beberapa pondok pesantren Ulama besar nusantara seperti Mama Tubagus Bakri Sempur, Mama Syatibi Gentur, dan juga Kh.Kholil Banjar atau Ayah Banjar.
Ketika di pondok pesantren Sempur, Mama Obay satu kurun dengan Abuya Dimyati Cidahu Banten dan Al-Fakir KH. Hasan Bashri Cigudeg, Kedaung, Bogor.
Abah Obay adalah seorang ahli ilmu Tauhid, di setiap bulan Ramadhan banyak santri-santri senior dari berbagai penjuru berdatangan ke Ponpes Mursyidul Falah untuk "Pasaran" mendapatkan cucuran ilmu tauhid dari Abah Obay.
Kitab yang dikaji dibulan Ramadhan semuanya adalah ilmu tauhid diantaranya Ummul Barohin, Jauharotuttauhid, Assanusi dan Alhikam dan lainnya.
Sudah menjadi tradisi di kalangan pesantren tradisional di pulau Jawa saat bulan Ramadhan adalah kegiatan ngaji pasaran atau bahasa modern nya pesantren kilat atau Khotmul Qur’an, hampir semua pondok pesantren mengadakan kegiatan ini, dimana sang Kiayi membacakan kitab-kitab pada waktu-waktu tertentu dengan durasi yang cukup lama, tujuanya adalah agar dalam satu bulan Ramadahan bisa menamatkan beberapa kitab yang menjadi target para kiayi dan santri untuk mempelajarinya.
Dan Alhamdulillah sampai saat inipun, tradisi ini masih berlanjut di beberapa pesantren di Kabupaten Karawang umumnya Pulau Jawa dan Banten.
Pada masanya beliau masih hidup, Ponpes Mursyidul Falah saat di pimpin oleh alm KH. Obay Hasan Basri, bagi kalangan santri dan ustadz era tahun ’90 an yang berasal dari Jawa Barat dan Banten, sosok kharismatik ini sangat terkenal dan dihormati.
Pimpinan Ponpes Mursyidul Falah ini wafat di usia 83 Tahun dan meninggalkan 9 anak dan 20 cucu, selama hayatnya sosok yang dikenal tegas ini selalu menyampaikan pesan agar umat Islam tak keluar dari koridor akhlak dan tauhidnya. Beliau pun dikenal non partisan atau bahkan tidak ikut berorganisasi, tidak memihak atau masuk salahsatu organisasi Islam maupun politik.
Namun begitu, dia diakui sebagai ulama besar oleh semua organisasi Islam dan politik di Jawa Barat dan Banten.
Kiprahnya sebagai Pimpinan Ponpes Mursyidul Falah ini setelah mendapat tampuk kempemimpinan dari ayahnya Alm.Abdul Manaf yang telah mendirikan ponpes itu tahun 1950 lalu. Sosok yang memiliki jiwa toleransi terhadap masyarakat ini meninggal dunia dalam perjalanan menuju RSUD Karawang pukul 21.30 WIB. Selama ini, dia memiliki penyakit komplikasi menahun, diantaranya sakit jantung.
Dalam ajarannya yang selalu dikatakan kepada anak, cucu dan muridnya, KH. Obay Hasan Basri selalu menegaskan supaya lembaga Islam menegakan ketegasan hukum Islam dan dia selalu menyatakan penolakannya pada ajaran sesat yang mengaku Islam tapi menyimpang dari tauhid.(sen)
Mama Obay demikian sapaan akrab para santri dan penduduk di Kabupaten Karawang, mempunyai seorang istri bernama Hj. Halimatussa’diyyah bt. KH.Abdul Manaf, seorang perempuan keturunan Banten.
Perjalanan Beliau mengenyam pendidikan agama pernah mondok di Mama Idris Bendul-Purwakata, mama Idris seorang ahli Jam’ul Jawami.
Kemudian melanjutkan ke pondok pesantren Ajengan Muhdi Citeko,Rajamandala Bandung, Bahkan pernah menjadi santri di beberapa pondok pesantren Ulama besar nusantara seperti Mama Tubagus Bakri Sempur, Mama Syatibi Gentur, dan juga Kh.Kholil Banjar atau Ayah Banjar.
Ketika di pondok pesantren Sempur, Mama Obay satu kurun dengan Abuya Dimyati Cidahu Banten dan Al-Fakir KH. Hasan Bashri Cigudeg, Kedaung, Bogor.
Abah Obay adalah seorang ahli ilmu Tauhid, di setiap bulan Ramadhan banyak santri-santri senior dari berbagai penjuru berdatangan ke Ponpes Mursyidul Falah untuk "Pasaran" mendapatkan cucuran ilmu tauhid dari Abah Obay.
Kitab yang dikaji dibulan Ramadhan semuanya adalah ilmu tauhid diantaranya Ummul Barohin, Jauharotuttauhid, Assanusi dan Alhikam dan lainnya.
Sudah menjadi tradisi di kalangan pesantren tradisional di pulau Jawa saat bulan Ramadhan adalah kegiatan ngaji pasaran atau bahasa modern nya pesantren kilat atau Khotmul Qur’an, hampir semua pondok pesantren mengadakan kegiatan ini, dimana sang Kiayi membacakan kitab-kitab pada waktu-waktu tertentu dengan durasi yang cukup lama, tujuanya adalah agar dalam satu bulan Ramadahan bisa menamatkan beberapa kitab yang menjadi target para kiayi dan santri untuk mempelajarinya.
Dan Alhamdulillah sampai saat inipun, tradisi ini masih berlanjut di beberapa pesantren di Kabupaten Karawang umumnya Pulau Jawa dan Banten.
Pada masanya beliau masih hidup, Ponpes Mursyidul Falah saat di pimpin oleh alm KH. Obay Hasan Basri, bagi kalangan santri dan ustadz era tahun ’90 an yang berasal dari Jawa Barat dan Banten, sosok kharismatik ini sangat terkenal dan dihormati.
Pimpinan Ponpes Mursyidul Falah ini wafat di usia 83 Tahun dan meninggalkan 9 anak dan 20 cucu, selama hayatnya sosok yang dikenal tegas ini selalu menyampaikan pesan agar umat Islam tak keluar dari koridor akhlak dan tauhidnya. Beliau pun dikenal non partisan atau bahkan tidak ikut berorganisasi, tidak memihak atau masuk salahsatu organisasi Islam maupun politik.
Namun begitu, dia diakui sebagai ulama besar oleh semua organisasi Islam dan politik di Jawa Barat dan Banten.
Kiprahnya sebagai Pimpinan Ponpes Mursyidul Falah ini setelah mendapat tampuk kempemimpinan dari ayahnya Alm.Abdul Manaf yang telah mendirikan ponpes itu tahun 1950 lalu. Sosok yang memiliki jiwa toleransi terhadap masyarakat ini meninggal dunia dalam perjalanan menuju RSUD Karawang pukul 21.30 WIB. Selama ini, dia memiliki penyakit komplikasi menahun, diantaranya sakit jantung.
Dalam ajarannya yang selalu dikatakan kepada anak, cucu dan muridnya, KH. Obay Hasan Basri selalu menegaskan supaya lembaga Islam menegakan ketegasan hukum Islam dan dia selalu menyatakan penolakannya pada ajaran sesat yang mengaku Islam tapi menyimpang dari tauhid.(sen)