 |
| Aksi unju rasa dari pengusaha angkutan, para sopir truk dan pekerja pelabuhan karena jalan Haulling ditutup (police line) di Desa Suato Tatakan, Senin (13/12/21)(foto:ron) |
RANTAU - Terkait aksi unjuk rasa yang dilakukan sopir dan pekerja pelabuhan di jalan Haulling direspon Kuasa Direksi PT Tapin Coal Terminal (PT. TCT) Markus Antonius Wibisono.
Menurutnya, bahwa sesuai proses hukum yang sedang berjalan saat ini dan kami pun masih berjalan sesuai koridor hukum yang berlaku.
"Sementara masih dalam proses hukum, maka jalan tersebut (Jalan Haulling KM 101) masih tidak dapat digunakan," ujar Markus Wibisono kepada beritapembaruan.id Senin (13/12/21).
Kemudian kata Markus Wibisono, maka seharusnya produksi PT Antang Gunung Meratus (PT. AGM) tetap dapat berjalan dengan melalui pelabuhan lainnya tanpa harus mengorbankan kehidupan dan ekonomi pekerja.
"Tidak ada yang menghalangi PT. AGM menggunakan pelabuhan lain," tandasnya.
Markus lebih lanjut mengatakan, justru PT. AGM yang membuat masyarakat pekerja kehilangan pendapatan mereka karena tidak mau memakai pelabuhan lain," pungkasnya.
Diketahui di Kabupaten Tapin terdapat empat jalan angkutan khusus batubara, melalui jalur darat dan tiga diantaranya berujung di pelabuhan Sungai Puting dan satu jalan Haulling lainnya milik PT. AGM berakhir di Pelabuhan Kecil Lokbuntar yang hanya bisa menggunakan tongkang kecil memuat batubara 1500 hingga 2000 metrik ton dan harus dibongkar muat lagi di Pelabuhan Sungai Puting.
Sedangkan untuk pelabuhan di Sungai Puting selain PT.AGM masih terdapat tiga pelabuhan terdekat yang dapat dapat memuat tongkang besar hingga kurang lebih 12.500 metrik ton untuk kemudian dibawa ke kapal Vessel.(ron)
