Mantan sekuriti Michael beralih profesi menjadi pemulung di Kabupaten Belu, Kupang NTT.(foto: Ell) |
BELU - Michael Taek (53) Warga Desa Tulamalae, Kecamatan Atambua Barat, Kabupaten Belu, seorang tenaga keamanan (sekuriti) korban PHK di Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur (NTT) kini beralih profesi menjadi pemulung.
Setelah kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Michael harus banting stir mengisi waktu luangnya dengan mengumpulkan barang-barang bekas alias menjadi pemulung demi bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Hal itu terjadi dampak pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, bahkan dunia. Michael diberhentikan BPS tahun 2020 lalu, karena pada saat itu kondisi ekonomi dan aktivitas pemerintahan lumpuh total serta perubahan iklim kerja dari off line ke sistem kerja online.
“Iya saya diberhentikan dari BPS karena Covid-19, saat itu semua orang libur dan kerja dari rumah sehingga tenaga kami pun tidak dibutuhkan lagi," ujar Michael kepada beritapembaruan.id, Rabu 25 Mei 2022 sekira pukul 18.00 Wita.
Akibat diberhentikan, Michael harus berpikir keras agar bisa mendapatkan pekerjaan kembali untuk membiayai uang sekolah anak, serta bisa menghidupi kebutuhan keluarganya. Sehingga, dia harus rela mengisi waktu luangnya dengan mengumpulkan barang-barang bekas alias menjadi pemulung untuk bisa menafkahi keluarganya selama masa pandemi.
“Selama saya diberhentikan dari BPS, saya harus mengisi waktu saya, dengan mengumpulkan barang bekas untuk dijual. Saya kumpul dari aqua, dos rusak dan besi tua untuk saya timbang, agar uangnya bisa pake untuk bayar uang sekolah, dan sisanya untuk kebutuhan kami sekeluarga," tuturnya.
Lanjutnya, bekerja sebagai pengumpul barang bekas sejak tahun 2021 hingga sekarang. Dari barang bekas yang dikumpul setiap dua minggu sekali harus di antar ke agen penerima barang rongsokan untuk ditimbang. Hasilnya juga kadang memuaskan kadang juga tidak sesuai dengan banyaknya barang bekas yang di bawanya.
“Barang yang kita timbang hasilnya ada yang cukup ada juga yang tidak. Kalo kita bawa banyak timbang bisa dapat hingga 700 ribu, kadang 300 ribu kadang juga 500 ribu. Kalau kita mau dapat banyak iya harus lebih giat bekerja lagi," ungkapnya.
Michael saat ini mempunya tiga orang anak, dan ketiganya masih sekolah semua. Untuk itu, dia terus berputar otak untuk bisa mengisi waktunya demi mengumpulkan barang bekas agar biaya sekolah anaknya bisa dibayar.
“Memang, sekarang cari uang susah sekali, apalagi dengan suasana covid begini mau kerja apa. Terpaksa kita harus bekerja seperti ini agar kebutuhan keluarga dan biaya sekolah anak bisa tetap terbayar, walaupun hasilnya tidak memuaskan," ujarnya.
Namun kata Michael, dengan kondisi seperti ini kita tidak boleh mudah menyerah, kita menyerah dengan keadaan maka kita pun tidak bisa berbuat apa-apa.
“Apalagi sekarang ini, kita cari uang susah begini, apapun pekerjaannya kita harus kerja. Yang terpenting kita tidak boleh meminta ataupun mencuri. Selagi pekerjaan halal sekalipun itu kita mengumpulkan barang bekas harus kita kerjakan dengan hati,” pungkasnya.(Ell).