Ketua Umum Kerukunan Mahasiswa Tapin Kalsel, Muhammad Akmal.(foto:ist) |
RANTAU - Kabar kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pertalite dan solar bersubsidi semakin kencang, sehingga memicu pro dan kontra di berbagai kalangan masyarakat.
Pemerintah beralasan, kenaikan harga tersebut dikarenakan anggaran subsidi BBM dikhawatirkan kian membengkak mengingat tren konsumsi BBM bersubsidi pertalite dan solar makin tidak terkendali, ditambah harga minyak dunia yang tinggi.
Ketua Umum Kerukunan Mahasiswa Tapin Kalimantan Selatan, Muhammad Akmal menyoroti ikhwal wacana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM bersubsidi jenis pertalite dan solar tersebut.
"Menurut saya, masyarakat sudah sangat kesulitan dengan dihapuskannya BBM subsidi jenis premium. Bensin tidak ada lagi, sekarang malah menaikkan pertalite, rakyat semakin merintih dengan kebijakan kenaikan BBM ini," ujarnya di Rantau Minggu 28 Agustus 2022.
Dikatakan Muhammad Akmal, sesuai amanat UUD 1945 pasal 33, kebijakan penentuan harga BBM semestinya mengutamakan asas perlindungan kepada masyarakat.
"Belum kering lagi luka pasca pandemi Covid-19 yang sampai sekarang banyak membuat dampak buruk bagi perekonomian dunia tak terkecuali Indonesia," ungkapnya.
Saya menilai kata M Akmal,penaikan BBM ditengah pemulihan ekonomi seperti sekarang justru malah akan sangat berdampak terhadap rakyat.
Lanjutnya, bertolak belakang dengan pernyataan rektor ULM yang seakan mendukung kenaikan BBM di masa sekarang.
"Saya berharap, para wakil rakyat di daerah di Kabupaten Tapin Khususnya ikut menyuarakan jeritan konstituennya,menolak rencana kenaikan harga BBM maupun usulan pencabutan BBM subsidi," pintanya.(ron)