Oleh : Ita Wahyuni, S.Pd.I.
Biaya pendidikan yang semakin mahal masih menjadi masalah besar bagi negeri ini. Hal ini mengakibatkan banyak orang tua yang tidak sanggup membayar biaya sekolah yang selalu meningkat setiap tahunnya. Seperti yang dialami oleh salah seorang wali murid di SMK Negeri 1 Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara yang mengeluhkan keputusan sekolah yang tidak menyediakan skema pembayaran dengan dicicil untuk uang sekolah yang mencapai Rp 2 juta rupiah.
Ia pun mengaku sangat berat jika harus membayar lunas sejumlah uang tersebut tanpa dicicil. Dana Ini akan diperuntukkan untuk sejumlah item, mulai seragam sekolah, asuransi, hingga biaya perpisahan kelas 12 (Kaltimtoday.co, 11/07/2023).
Selain kebutuhan seragam, biaya pengadaan buku juga dikeluhkan oleh wali murid. Seorang warga mengunggah keluhan di media sosial tentang harga buku di sebuah SD negeri di Samarinda. Ia merasa kewajiban membeli buku itu sangat memberatkan. Terutama untuk kalangan menengah ke bawah, ataupun yang memiliki anak usia sekolah lebih dari satu.
Unggahan itupun memicu curhatan orang tua lainnya dan respon dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda Asli Nuryadi. Asli mengungkapkan, buku ajaran tidak boleh diperdagangkan oleh sekolah, jika ada yang melanggar maka akan diberi sanksi yang tegas (Kaltimfaktual.co, 08/07/2023).
Namun ironisnya, disaat masyarakat berkeluh kesah atas beban biaya pendidikan yang semakin berat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda justru akan mempercatik toilet di setiap sekolah demi menciptakan sekolah yang bersih dan sehat. Hal ini disampaikan langsung oleh Asli Nuryadin bahwa dirinya berupaya menjaga kebersihan sekolah melalui toliet.
Sebab, menurutnya jika toilet sekolah bersih, maka dapat dipastikan lingkungan lainnya pun juga bersih. Perencanaan inipun akan melakukan percobaan sebanya l.k 10 SMP dan 10 SD. Asli menyebutkan pihaknya mengalokasikan dana sebesar 300 juta per billik (Korankaltim.com, 13/07/2023).
Pendidikan Kapitalis, Mahal Tapi Minim Kualitas
Perhatian terhadap fasilitas pendukung di sekolah seperti toilet memang dirasa penting. Hal demikian dilakukan demi kenyamanan civitas sekolah. Namun, apakah toilet selevel hotel berbintang menjadi kebutuhan yang mendesak untuk saat ini? Jika memang dibutuhkan seharusnya tidak perlu dianggarkan secara berlebihan.
Alangkah baiknya pemerintah mengalokasikan dana tersebut untuk memperbaiki bangunan atau sarana prasarana sekolah yang sudah tua dan rusak, bahkan bisa untuk menyiapkan seragam serta buku secara gratis.
Namun, dalam sistem pendidikan Kapitalis menyediakan pendidikan yang gratis dan berkualitas dengan fasilitas yang memadai sangat sulit diwududkan. Hal ini wajar karena paradigma kapitalis memandang bahwa pendidikan sebagai komoditas ekonomi yang layak dikomersialkan.
Tak heran, yang berperan lebih aktif dalam sistem pendidikan adalah pihak swasta. Maka, hadirnya sekolah-sekolah swasta meski berbiaya tinggi, dianggap menjadi capaian bagus selama memberi kontribusi bagi capaian pendidikan. Sementara itu, negara tidak ikut campur. Negara hanya menjadi regulator bagi kepentingan siapa pun yang ingin mengeruk keuntungan dari dunia pendidikan.
Berlepasnya peran negara menjadikan hubungannya dengan rakyat tak lebih bagai hubungan dagang. Perhitungan untung rugi menjadi patokan. Pelayanan pendidikan diberikan minimalis jika tidak menghasilkan untung finansial. Sebaliknya, jika masyarakat menghendaki pendidikan berkualitas, maka akan dibebankan kepada masyarakat sendiri. Tak ayal, lahirlah berbagai pungutan.
Meskipun ada kebijakan bebas SPP di sekolah negeri, bukan berarti pendidikan diperoleh dengan gratis. Masih banyak komponen biaya lainnya seperti seragam, buku, transportasi, juga pungutan lainnya yang harus dibayar oleh orang tua.
Walhasil, mahalnya biaya pendidikan saat ini tak lepas dari kehidupan kapitalistik yang diemban negara dan diimplementasikan dalam sistem pendidikan. Pendidikan ala kapitalis inipun amat menyengsarakan rakyat. Di tengah kesulitan ekonomi yang menjerat, beban hidup merekapun semakin berlipat karena harus berhadapan dengan biaya pendidikan yang terus meningkat.
Pendidikan Islam, Murah dan Berkualitas
Islam memandang bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi rakyat secara keseluruhan. Negara juga benar-benar menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah investasi masa depan. Sehingga negara bertanggung jawab memenuhi segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan.
Baik dalam hal menyediakan fasilitas, infrastruktur pendidikan yang cukup dan memadai seperti gedung-gedung sekolah, laboratorium, balai-balai penelitian, buku-buku pelajaran, dan lain sebagainya, menyediakan tenaga-tenaga pengajar yang ahli di bidangnya, sekaligus memberikan gaji yang cukup bagi guru dan pegawai yang bekerja di kantor pendidikan.
Semua itu akan ditunjang dengan penerapan sistem ekonomi dan keuangan Islam, yang memastikan negara akan memiliki kas melimpah ruah. Khususnya dari pos kepemilikan umum berupa sumber daya alam yang jumlahnya luar biasa besar. Kepemilikan ini dalam Islam tak boleh dimiliki swasta tetapi wajib dikelola negara untuk sebesar-besarnya kemaslahatan umat.
Berdasarkan sirah Nabi SAW. dan tarikh Daulah Khilafah Islam (lihat Al Baghdadi, 1996), negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara.
Contoh praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan khalifah Al Muntahsir di kota Baghdad. Pada Sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar. Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.
Begitu pula dengan Madrasah An Nuriah di Damaskus yang didirikan pada abad keenam hijriyah oleh khalifah Sultan Nuruddin Muhammad zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan, para pelayan serta ruangan besar untuk ceramah dan diskusi.
Maka jelaslah, sistem Islam telah memastikan negara mampu menyelenggarakan pendidikan yang murah lagi berkualitas hingga merata baik untuk si kaya ataupun miskin. Untuk itu, marilah kita bersungguh-sungguh mengembalikan kehidupan Islam agar pendidikan mampu membawa keberkahan dan kemajuan bagi bangsa ini. Wallahua'lam bishshawab.
Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial Kalimantan Timur