Bupati Kabupaten Tapin HM Arifin Arpan bersama Forkopimda kenakan batik sasirangan, beberapa waktu lalu.(foto: ist) |
RANTAU - Kain Sasirangan asal Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, mendapatkan pengakuan internasional melalui upaya seorang pelajar Indonesia dalam program 'Sekolah Kita' di Sekolah Diplomasi di Manila, Filipina, yang diadakan pada tanggal 15 hingga 21 Agustus 2023.
Pelajar Indonesia yang memperkenalkan kain sasirangan ke panggung global tersebut adalah Nurul Husna Irawan, seorang gadis keturunan Banjar yang lahir pada 18 Maret 2007, di Jakarta. Ia adalah seorang siswi di Pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al Islami.
Nurul menjelaskan bahwa kain sasirangan yang dipamerkan merupakan produk dari kelompok kerajinan yang disebut 'Cintawari Tapin,' yang menampilkan motif artistik dan budaya khas Kabupaten Tapin di Kalimantan Selatan.
Ia menyebutkan bahwa agar pengenalan terhadap kain sasirangan tetap hidup, ia menyajikannya kepada beberapa peserta, termasuk LPU (Lyceum of The Philippines University) College of International Relations, Maria, Dekan Profesor dari University of the Philippines Diliman, Henelito A Sevilla, dan perwakilan dari KBRI di Manila.
"Kain sasirangan yang diproduksi oleh Kelompok Cintawari dari Kabupaten Tapin diberikan kepada mereka dan diperkenalkan di Manila," ujar Nurul seperti dikutip oleh berita Antara pada Senin 21 Agustus 2023.
Nurul Husna berbagi bahwa kain sasirangan dari Kabupaten Tapin yang ia perkenalkan mendapatkan respon positif dari individu yang ditemuinya selama program pemuda Indonesia di Manila.
"Mereka mengatakan, 'Bagus sekali, warnanya indah,' merujuk pada sasirangan dari Cintawari Tapin. Salah satu pujian datang dari Ibu Maria (LPU College of International Relations)," ungkapnya.
Perlu dicatat bahwa total 30 delegasi Indonesia yang unggul dipilih untuk berpartisipasi dan belajar tentang memperkenalkan budaya beragam Indonesia di panggung internasional melalui program sekolah diplomasi di Manila.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan para pemuda Indonesia berusia 16 hingga 30 tahun, mendorong mereka untuk berperan sebagai pembuat perubahan baik di tingkat nasional maupun internasional.(ron)