Petugas gabungan siaga darurat bencana kabut asap saat memadamkan kebakaran di salah satu hutan di wilayah Kabupaten Tapin, beberapa waktu lalu (foto:ist) |
RANTAU - Dampak dari musim kemarau yang panjang sejak bulan Juli hingga Agustus 2023 telah terasa di Kabupaten Tapin. Masyarakat mengeluhkan penurunan volume air di sumur-sumur warga serta beberapa peristiwa kebakaran lahan yang telah terjadi di wilayah tersebut.
Bencana kabut asap yang muncul akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, telah menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pemerintah.
Upaya pencegahan dan penanganan karhutla pun telah diambil dengan pendirian posko gabungan siaga darurat bencana kabut asap oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tapin, TNI-PORI, pihak perusahaan, dan masyarakat. Posko tersebut tersebar di beberapa kecamatan dan desa yang dianggap rawan karhutla.
Kepala Pusdalops Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (PB BPBD) Kabupaten Tapin Raniansyah melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik H.Ahmad Sofyan saat dikonfirmasi mengatakan, sejak memasuki musim kemarau pada akhir Juli dan Agustus 2023 ini, pihaknya mendirikan posko gabungan siaga darurat bencana kabut asap akibat karhutla.
"Ada di beberapa kecamatan di antaranya CLS, CLU dan Piani, sementara pusatnya di Kantor BPBD Tapin," ujar Ahmad Sofyan, Sabtu (12/8/2023).
Dikatakan Ahmad Sofyan, berdasarkan data tahun 2022 lalu ada sekitar 10 dari 12 kecamatan dan 46 desa atau kelurahan di Kabupaten Tapin yang masuk kategori wilayah rawan karhutla.
"Adapun kecamatan dengan total lahan terluas dan rawan karhutla pada tahun 2022 lalu yakni di Candi Laras Utara (CLU)," ujarnya.
Berdasarkan pengalaman pada masa lalu kata Ahmad Sofyan, wilayah - wilayah tersebut saat ini menjadi prioritas pemantauan tim gabungan.
"Untuk musim kemarau tahun 2023 ini per 30 Juli hingga memasuki pertengahan Agustus sekarang, luas lahan yang mengalami kebakaran di Kabupaten Tapin sudah mencapai sekitar 10 hektare yang tersebar di beberapa kecamatan di antaranya, Binuang, Tapin Selatan, Tapin Tengah, CLU dan CLS," sebutnya.
Menurutnya, sejak awal Agustus hingga sekarang, di Tapin hampir setiap hari ada lahan yang terbakar bahkan tidak jarang waktunya bersamaan dengan lokasi berbeda.
"Namun Alhamdulillah berkat sinergi tim Gabungan baik BPBD, TNI, POLRI, Pihak Perusahaan dan Relawan serta masyarakat, hingga saat ini peristiwa - peristiwa tersebut masih dapat tertanggulangi dengan cepat. Sehingga biasanya kebakaran ini tidak sampai meluas lagi," terangnya.
Lahan yang terbakar itu didominasi semak lahan kosong, namun tidak sedikit juga yang TKP nya tidak jauh dari pemukiman warga, atau di daerah yang berdekatan dengan lagan produktif pertanian atau perkebunan masyarakat.
"Diprediksi puncak musim kemarau tahun 2023 ini antara bulan Agustus hingga September mendatang, sehingga diharapkan masyarakat tetap waspada," pungkasnya.(ron)